Gagasan tentang Peta Kemiskinan lahir dari kebutuhan untuk menemukan sebuah visi strategis yang paling mutakhir dan jitu dalam upaya memberdayakan masyarakat melalui sumber daya lokal. Gagasan ini dimulai dari sebuah keyakinan bahwa masyarakat dapat mengatasi masalahnya sendiri melalui manajemen sumber daya yang dimilikinya. Indonesia dengan seluruh yang ada di dalamnya adalah mozaik yang indah. Saya fikir seharusnya tak akan tergambar wajah buram kemiskinan anak bangsanya manakala pada saat yang bersamaan kita juga dilirik sebagai negeri dengan kekayaan dan dimensi kemakmuran yang luar biasa.

Sebagai sebuah peta, buku ini haruslah memuat berbagai informasi berupa permasalahan kemiskinan, potensi pemberdayaan dan potret modal sosial sehingga tidak saja memotret masalah namun juga menyediakan peluang budidaya dan olah fikir kita untuk menyelesaikannya. Bagaikan sebuah bangunan matematika, tidak boleh ia hanya menjadi soal tak berjawab, namun harus menjadi sebuah persamaan-persamaan yang lengkap sehingga kita mampu menemukan seluruh besaran variabelnya. Menurut saya, Peta Kemiskinan haruslah memetakan masalah kemiskinan sekaligus peta peluang untuk mengatasinya.

Beberapa lembaga telah menerbitkan data kemiskinan. Tidak begitu banyak yang  peduli tentang hitungan jumlah orang miskin yang bebeda-beda, barangkali karena kemampuan kita mengatasinya tak lebih dari sekedar peratusan dari angka itu. Ini bagaikan kita yang  tidak mempedulikan ukuran  luas  jutaan kilometer persegi lautan kita yang kaya raya, karena kita baru dapat mengolahnya dalam jumlah ratusan kilometer persegi saja. Data jumlah orang miskin selain tak menjadi arah bagi kebijakan pemberdayaan dan pembangunan juga tak menunjukkan bagaimana bisa dituntaskan. Peta Kemiskinan yang baik bukan hanya tentang bagaimana sebuah teori kriteria kemiskinan dipadu-padankan dengan data survey lapangan, namun lebih jauh lagi harus memberikan kerangka pemikiran yang benar dan presisi tentang cara pandang kita terhadap kemiskinan.

Continue Reading »

Pegiat ICW, Tama Satrya yang dibacok oleh orang tak dikenal selama ini diketahui sebagai orang yang melaporkan dugaan Korupsi dan Rekening mencurigakan ke Satgas Mafia Kasus. Hal ini membuka spekulasi bahwa pembacokan Tama dikaitkan dengan aktifitasnya sebagai pegiat anti korupsi di ICW.

Pembunuhan terhadap aktifis LSM dan pegiat kemanusiaan teleh menjadi sejarah panjang dan tak pernah habis di negeri ini. Hal ini sangat disesali. Penguatan masyarakat madani Indonesia membutuhkan penguatan di civil society yang saat ini masih dikangkangi oleh negara dan pasar. Teror terhadap aktifis LSM harus dihentikan dan dikutuk agar tak terus berlanjut di negeri ini.

Empat hari lalu saya menerima pesan singkat dari KH. Solahuddin Wahid , yang akrab dipanggil Gus Sholah, tentang sebuah pesantren di sebuah kampung yang pemimpinnya meninggal dan harus di wariskan kepada anaknya seorang ustad Muda. Beliau meminta Dompet Dhuafa kiranya dapat membantu pesantren ini dan saat itu juga saya langsung menghubungi Ustadz muda ini untuk mendalami apa yang bisa dilakukan untuk pesantren ini. Bukan tanpa sebab Gus Sholah mengenal baik Dompet Dhuafa. Dalam sebuah obrolan santai bersama beliau, saya bahkan terkaget Gus Sholah memahami detail mengenai Dompet Dhuafa. Bukan saja beliau membaca banyak hal tentang lembaga amil zakat ini namun juga mengkliping setiap berita Dompet Dhuafa. Tawarannya agar Pesantren Tebu Ireng yang dipimpinnya bisa belajar ke Dompet Dhuafa saya anggap sebagai pujian, dan saya katakan bahwa Dompet Dhuafa akan belajar begaimana sebuah Pesantren seperti Tebu Ireng bisa eksis selama 200 tahunan. Punya nafas yang hampir sama dengan pesantren yang lahir pada Abad 19 dan mampu mencetak generasi ulama besar dan melahirkan semangat kemerdakaan negara ini, gerakan zakat yang lahir di era 90an telah memberikan warna baru bagi gerakan sosial dan keagamaan negeri ini. Gerakan zalkat di Indonesia dengan ditandai lahirnya YDSF, Dompet Dhuafa, PKPU, Rumah Zakat, DPU DT dll yang – kemudian diikuti oleh lahirnya semangat zakat di Indonesia – memang tengah diuji keteguhan visinya. Sebagai gerakan perlawanan masyarakat untuk memperbaiki bangsanya LAZ sejak lahir telah dimandati cita-cita luhur itu. Dompet Dhuafa misalnya, memulai dari dana patungan dari para wartawan dan potongan gaji para karyawan Harian Republika serta keluarganya dan segera melakukan sesuatu untuk membela kamum miskin. Karena nilai yang luhur dan kesungguhan itulah Dompet Dhuafa menarik banyak simpati dan mendorong masyarakat ikut mendanai program-program pemberdayaan ini. Gerakan yang membola salju ini membawa sebuah ajaran pemberdayaan, semangat berekonomi yang adil sesuai syariah, kepedulian kepada saudara kita yang miskin dan semangat dakwah, yang dalam konteks rukun Islam terwadahi dalam makna Zakat. Sebagaimana tantangan yang dihadapi pesantren, sebagai sunnatullah gerakan zakat tentu saja akan mengalami masa ujian yang berat. Satu dasawarsa yang telah dilampaui, gerakan zakat telah mampu melewati batu uji profesionalisme dan penggalangan kepercayaan publik. Ketika masalah klasik gerakan keumatan adalah SDM berkualitas dan kesolidan tim, gerakan zakat mampu membangun dirinya menjadi profesional dan menjadi lembaga yang berkembang. Gerakan zakat di masa ini juga mampu membangun ketertarikan masyarakat tentang isu syariat zakat. Tak bisa dipungkiri, syariat zakat yang dulu terpinggirkan karena merupakan ranah ketaatan beragama, kini sudah merambah kepada isu sosial, bahkan saat ini masuk ke dalam isu ekonomi pemberdayaan. Bank Indonesia bahkan telah memasukkan bidang zakat ini sebagai Voluntary Sector yang memperkuat sektor pendukung ekonomi Indonesia lainnya. Gerakan LAZ ini bahkan telah mendorong semangat baru menegakkan syariat Zakat . Kerjasama-kerjama pengembangan LAZ di pesantren-pesantren tercatat makin subur. LAZ di kampus-kampus semakin bertambah banyak dan maju, juga LAZ-LAZ masjid yang kini sudah semakin baik dan profesional. Zakat sebagai arus utama dalam wacana sosio-ekonomi sudah mendapatkan modal yang cukup untuk dilesakkan sebagai salah satu kekuatan sosial dalam wacana pengentasan kemiskinan , pembangunan spiritual bangsa dan semangat membangun peradaban yang unggul sebagai bangsa. Pada fase ini gerakan zakat juga mampu membangun sinergi zakat asia tenggara dengan pelaksanaan dua kali Konferensi Zakat Asia Tenggara di Kuala Lumpur 2006 dan di Padang 2007 yang menghasilkan Dewan Zakat. Sayangnya pada dasawarsa kedua ini gerakan zakat justru mendapat tantangan dari apa yang selama ini dibelanya yaitu Negara. Ide formalisasi zakat yang memaksakan dana publik zakat, infak, sedekah bahkan wakaf ini dikelola negara ini tengah digodok serius dan sudah disebarluaskan oleh Pemerintah ke media massa. Peniadaan LAZ mengagetkan banyak teman dan masyarakat, karena justru ketika Dompet Dhuafa tengah mendapat sederet penghargaan berupa Sertifikasi ISO, Penghargaan Spocial Entrepreneurship Arwar Ernst & Young, Marketing Award untuk kategori Innovation dan kategori Experience Marketing, penghargaan MURI sebagai panitia Kurban terbesar, kerjasama dengan berbagai pemda untuk mengembangkan pemberdayaan di daerah, sebagai suatu bukti peran pentingnya di masyarakat. Saat ini kita memag sedang menunggu sejarah dituliskan, apakah negara ini berhasil memberangus gerakan zakat yang notabene ditumbuhkan oleh masyarakat ini . Lalu siapakah yang mampu membendung keinginan negara menutup LAZ Dompet Dhuafa dan lainnya? Saya malu untuk menyampaikan kegalauan ini kepada Gus Sholah, atau tokoh-tokoh lain dan di negeri ini yang telah lama menjadi pendukung gerakan kebaikan ini. Kalaulah Dompet Dhuafa diberangus, mohon doakan kami akan tetap bertekad berusaha sekuat upaya tetap membantu pesantren, tetap membantu mereka yang tak selama ini tak bisa sekolah karena sekolah dibuat mahal, membantu mereka yang sakit agar bisa memperoleh layanan pengobatan yang bermartabat, membantu para buruh petani, tukang sayur, tukang ojeg, pengasong, pengamen, dan masyarakat terpingirkan lainnya yang selama ini hanya faham bahwa negara ini ada hanya ketika mereka ditangkapi, digusur dan dipingirkan. Agar mereka tak banyak kecewa karena berharap kepada negara gagal ini. Saksikan ya Allah, saya telah menyampaikan ini.

Moh. Arifin Purwakananta Direktur Program Dompet Dhuafa

Dimuat di Harian republika, Jumat 11 Desember 2009

Next Page »